Sunday, December 15, 2013

Kopi pertama yang dikonsumsi di Jepang terdapat pada akhir abad ke-18 oleh orang Belanda yang bertempat tinggal di Nagasaki pada waktu itu namun kopi baru diimpor secara masal pada akhir dari abad ke-19.

Kedai kopi pertama dibuka di Tokyo pada tahun 1888 dan ketika kebudayaan kopi mulai tersebar, terdapat batasan impor pada saat dan setelah Perang Dunia II sehingga kebudayaan tersebut tidak begitu berkembang.Setelah batasan impor dicabut pada tahun 1960-an, impor kopi mulai menanjak - peningkatan pesat terjadi pada tahun 1970-an.
Pada tahun 1980, franchise kedai kopi Doutor membuka cabang pertamanya di Harajuku dan sejak itu sudah berkembang sampai 1490 kedai di Jepang.

 Penyeberangan Shibuya pada malam hari dengan merk Starbucks yang menonjol

Cabang Tokyo Ginza dari Starbucks yang dibuka pada tahun 1996 merupakan langkah pertama mereka keluar dari AS dan karena kesuksesan tersebut, Starbucks kemudian meluncurkan merknya ke seluruh dunia.

Secara tradisional, Jepang memiliki kebudayaan merokok dan selalu sulit untuk mencari tempat yang memiliki area bebas rokok.

Starbucks memutuskan untuk mengikuti gaya Amerika dan membuat Starbucks di Jepang menjadi lingkungan yang bebas rokok dan merupakan salah satu dari sedikit tempat yang dapat kalian kunjungi tanpa bernafas dengan menghirup asap rokok.

Desain interior dari Starbucks sangat berbeda dari yang sudah ada di Jepang sampai saat itu. Hal-hal tersebut dan rasa kopi yang nikmat tersebut berkontribusi terhadap kesuksesan mereka di Jepang dan dalam waktu yang singkat, mereka sudah memiliki 1000 cabang di seluruh Jepang.

Starbucks sangat cerdik dalam memilih tempat di penyebrangan Shibuya - tidak hanya mudah dijangkau, namun orang-orang dapat menemukannya dengan mudah dan walaupun mereka tidak berminat untuk minum kopi, dareah itu sendiri sudah menjadi tempat memasarkan merk yang strategis yang membuat harga sewa yang mahal menjadi layak untuk dibayarkan.

pemandangan penyeberangan Shibuya Hachiko dilihat dari dalam Starbucks.


Masa Kini Kopi menjadi teman penawar kantuk yang tidak terelakkan di pagi atau malam hari. Selain itu, budaya nomication (gabungan kata nomu=minum cation=communication) bagi bangsa Jepang yang cenderung introvert. Kurangnya kemampuan dan berekspresi dalam berkomunikasi memaksa mereka minum minuman alkohol untuk membantu melancarkan komunikasi mereka. Hubungan alkohol dan kopi, kita pun sudah tahu. Kopi adalah salah satu minuman penawar efek alkohol yang berlebihan yang cukup baik.

Budaya minum kopi di Jepang juga didukung oleh kissaten (secara literature dapat diterjemahkan warung kopi) yang konon kabarnya telah dibuka pertama kali sejak zaman Kamakura (1185-1333). Pada tahun 1990-an kissaten mewabah dan banyak dijumpai di seantero Jepang. Secara umum, kisatten ini adalah warung makan minum yang menyediakan minuman selain minuman berakohol. Di sini kita bisa memesan teh atau kopi serta memesan kue atau jajanan tak jarang juga menyediakan makan besar. Di kissaten kita bisa membaca buku yang disediakan secara gratis. Faktor ekonomi yang kurang baik, membuat jumlah kissaten lokal merosot di sekarang ini. Namun, franchise coffee shop masih menjadi denyut nadi kehidupan dan ekonomi bangsa Jepang, khususnya bagi para pekerja atau salaryman. Saat mereka sekedar menyendiri dan menikmati kehidupan penuh kesibukan.
Berikut beberapa cabang toko starbucks yang ada di jepang




0 comments: